Seperi hikayat kemarau panjang penabuh padi
dirubung dalam pesta migrasi belalang
menari-nari dipersembahan raja ketika
kidung pestaka meliuk-liuk dari mulut seorang tetua
(orang yang mengusung bongkahan petunjuk sorga, berjanggot lebat,
matanya nanar, cenderung pendar).
Mungkin dirimu tak berhikayat, tapi berkisah
dalam mimpi jutaan pria pembawa hujan. Dan suatu waktu bangun
lalu terlelap kembali, kini berkisah lembu pemakan rumput kering.
“ aku tak berlidah lagi”.
lenguhnya menirus terbawa gelagat angin tak menyejukan
kau terbangun di angin yang berbeda daripada musim
berebut doa dan sesajen di kelam persembahan
pesta para penabuh padi
hanya menunggu langit menangis
atau tertawa dibuatnya
sudah ribuan kata hujan dikirim ke langit,
puluhan lembu tak berawak dilepas layar ke samudera harapan
Hujan…
Hujan…
Hujan….
Basahi janur
Indrawan
Mahasiswa FKIP UNSUR Cianjur Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumat, 12 Desember 2008
Hikayat Kemarau -untuk sang penabuh padi-
Baca juga yang ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Makasih sudah memberi komentar pada tulisan ini, Semoga bisa membawa manfaat.
Mohon maaf, komentar yg isinya SPAM terpaksa saya hapus!