Indrawan
Mahasiswa FKIP UNSUR Cianjur Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
I
Muharram di langit Azzura, seperti matahari merayap kaki langit
Meretas Jalan kehidupan waktu
Muharram tempatku berteduh, dari lelah pengembaraanku
Memburu cahaya menyeka peluh dosa
Menyimpan sejuta pahala dan dosa
Biarlah langit yang membentangkan gugusan bintang
Agar kelak menjadi arah menuju bibir Syurga
Tapi aku bukanlah syuhada yang tergapar di tangan Illahi
Berlumur darah menjelma air mengalir
Seperti halnya sungai menyusup pesawahan yang lama dilanda kemarau
Muharram layaknya bentangan kanvas polos raksasa
Goresan-goresannya adalah kisah haru pengembara bulan
II
Ini Malam penuh penantian, bahkan sebelum senja memukat langit sore
Yang awannya hendak meburai menjadi telinga semesta
Serentak jutaan bibir mengepulkan senandung ayat-ayat pertanda akhir tahun
Namun, ini malam kesakitan bulan
Bukan ayat atau doa yang mengepul dari bibir segelintir para pengembara cahaya
Tapi...
Justru long-longan yang meraung-raung dari benda kerucut melulur di bibirnya
Ditemani semarak percikan warna api mengejap malam
Ah, biarlah...
Tahun ini mereka lupakan
Biarkan kubalut bebat pada kesakitan bulan
Sebab Muharram adalah sebuah awal
Selasa, 30 Desember 2008
Muharram Di Langit Azzura
Baca juga yang ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
wew.. keren.. nicepost...
oya.. aku mau nanya ni...
bahasa online itu apa ya???
mnurut sobat apakah kita blogger indonesia tlah mnggunakan bahasa indonesia yg baik dan bnar ukt aktivitas blogging???
wah puisi yang sangat bagus. salam Knal eh comment balik yah, thakns ;)
Posting Komentar
Makasih sudah memberi komentar pada tulisan ini, Semoga bisa membawa manfaat.
Mohon maaf, komentar yg isinya SPAM terpaksa saya hapus!